“ bu nanti aku pulang agak sorean soalnya ada kegiatan ... ! “ seorang cowok menghampiri ibunya yang sedang memasak di dapur.
“ lho kemaren kan sudah ada kegiatan kok kegiatan lagi ? “
“ iya, kemarin OSIS, nanti pencak silat… ! “ jelas si anak sembari mencicipi makanan yang dimasak Sang ibu.Semantara Sang Ibu mengangguk-angguk tersenyum.
“ ya sudah… sekarang mandi gih ! “ dengan cepat si anak melangkah ke kamar mandi tidak lupa lantunan suara nan merdu mengiringi langkahnya.
Sesaat setelah mandi, makanan sudah tersedia di meja makan.
“ Rid, hari ahad besok mbak mu pulang… ! “ Bu rufaidah, Ibu Farid sudah mengenakan seragam almamaternya sebagai Guru. Farid hanya mengangguk karena sudah mengerti apa yang dimaksudkan ibunya.
Pukul 6.00 hujan yang mengguyur Desa Kedungkancil sudah berhenti dan sekarang matahari tampak sangat hangat. Jalan disekitar rumah Bu Rufaidah masih becek karena sisa air hujan.
“ bu berangkat sekarang yuk … ! “ Farid mengajak Ibunya. Bu Rufaidah mengajar di SMP Tunas Bangsa, semantara Farid sekolah di SMA 1 Kertajasa yang letaknya tidak jauh dari tempat Ibunya mengajar. Farid adalah salah satu alumni SMP Tunas Bangsa.
“ bentar to Rid, Ibu lagi mberesin tugas ! baru jam 06.30 kan ? “
“ iya tapi cepetan … ! “ Farid memanasi jupiter Z hitamnya. Sesaat kemudian Bu Rufaidah keluar dengan buku-buku tugas dari muridnya, tidak lupa Bu Rufaidah menutup pintu rumahnya.
#
Kalamun qodiimullayumallu samaauhu
Tanazza haangquli wafi’li waniatii
Bini astafii minkulli dzaaiwanuuruhu
Dzaliilu liqolbii ingda jahli wakhiirotii…..
Terdengar lantunan do’a penutup dari ponpes Hasyim Asy’ari dan lebih terkenal dengan sebutan H.A dekat SMA 1 Kertajasa. Setelah lantunan itu selesai santri putra dan putri ponpes H.A berhamburan keluar dari ndalem Sang Kyai tapi santri yang keluar punya aturan tersendiri yaitu santri putri keluar terlebih dahulu baru putra walaupun ada 2 pintu khusus untuk masing-masing santri.
Di ponpes H.A ada banyak santri yang yang sekolah di SMA 1 Kertajasa, karena merasa rumahnya jauh dan jarang disitu ada kos-kosan. Banyak siswa SMA 1 Kertajasa yang nyantri di ponpes H.A, diantaranya Rindu yang jarak rumah dan sekolahnya sangat jauh malah berbeda kota. SMA 1 Kertajasa terkenal dengan mutunya yang sangat tinggi didukung juga oleh ponpes H.A yang memiliki santri yang handal. Selain Rindu ada juga Alif, Ulfa, Bunga dan masih bnayak lagi.
Banyak pula peraturan yang harus dipatuhi setiap santri yang mondok disitu, peraturan yang bersifat mengikat ataupun tidak juga ada disetiap lembar kertas yang tertempal di tembok-tembok tempat santri beraktivitas atau sekedar lewat. Peraturan yang dianggap paling berat yaitu TIDAK BOLEH BERPACARAN tapi peraturan itu tidak dipedulikan oleh sebagian santri asal tidak ketahuan oleh pengurus.
Setelah siap dengan seragam dan menyandang tas gendongnya, Rindu melangkah ke sekolah dengan niatan menuntut ilmu tapi sebelumnya dia dan teman-temannya ke ndalem untuk minta do’a restu kepada Bu Nyai. Keluar dari ndalem rindu dan teman-temannya siap menuntut ilmu dengan ridho Bu Nyainya.
Rindu dan teman-temannya berjalan melewati perkiran sekolah, semantara Farid cs nongkrong di parkiran sambil ngecengi cewek-cewek yang lewat sekalian menunggu bel yang akan dibunyikan oleh Pak Sukadi, petugas kebersihan SMA 1 Kertajasa.
Suit…suit…suit Siulan berbunyi dari mulut Agus yang terkenal usil diantara Farid cs tapi, dia jago sekali bermain basket, walaupun lebih jago Farid.
“ eh siapa yang kamu suitin ? “ tanya Farid masih memperhatiakan segerombolan cewek yang paling manis diantara yang lainnya.
“ Rindu, itu lhoo santri ponpes H.A ! orangnya pinter, cantek alah wes pokok’e perfect banget… ! “ pujian dari mulut Agus meluncur begitu saja setelah melihat sosok Rindu.
“ mau kak ? banyak lhoo yang nembak dia tapi ditolak syukur-syukur kamu diterima … “ rudi ikut nimbrung, karena Rindu teman sekelasnya di kelas XI BHS, semantara Farid duduk di kelas XII PA2
Tet…tet…tet Bunyi tanda pelajaran akan segera dimulai telah dipencet Pak Sukadi.
“ eh… salam za buat si manis … ! “ bisik Farid di telinga Rudi sebelum Rudi masuk kelasnya. Rudi yang diberi amanah oleh sohibnya hanya mengangguk pelan dan tersenyum. Setelah duduk dibangku kesayangannya, Rudi menyobek kertas dibukunya. Jemarinya lincah mengisi kertas putih sehingga membentuk suatu kata-kata nan indah. Selesai merangkai kata-kata Rudi menyalurkan kertas kepada teman-temannya dan sampai meja Rindu. Dengan segera Rindu mengambil dan membacanya. Setelah membaca pesan singkat itu Rindu membalas dan kembali menyalurkan kepada teman-temannya sampai di tangan Rudi.
Pelajaran demi pelajaran sudah berlalu bel tanda peljaran berakhirpun sudah dibunyikan oleh Pak Sukadi. Semua murid SMA 1 Kertajasa berhamburan keluar setelah gerbangnya dibuka. Berbeda dengan anak-anak yang mengikuti ekstrakulikuler yang harus mencari makan buat mengisi perut.
#
Awalnya dari salam menyalam yang disampaikan oleh Rudi dan menjadikan Farid dan Rindu dekat. Kedekatan Farid dan Rindu sudah terdengar seluruh siswa SMA 1 Kertajasa. Siapa yang tidak kenal dengan Farid Kapten Basket yang terkenal ganteng, pinter dan cool, sementara Rindu wakil ketua OSIS. Kabar itu juga terdengar juga oleh kepengurusan di ponpes H.A. Dan sekarang terjadi gonjang ganjing dipondok karena salah satu santrinya berpacaran.
“ mbak rikha … aku mau melaporkan sesuatu tapi mbak jangan kasih tahu siapapun za … ! “ Bisik Bunga, teman sekelas Rindu. Mbak Rikha hanya mengangguk.
“ mbak, Rindu di sekolah pacaran yang tiap harinya mojok trusss … “
“ jadi … gosip itu bener ? “
“ iya, aku sering melihatnya, kan aku teman sekelasnya. Eh mbak aku mau nyetor dulu za … “ Bunga melangkah menjauhi mbak Rikha yang sedang menambah hafalannya. Setelah mbak Rikha Sang ketua pondok mendengar laporan kelanjutan apa yang digonjang-ganjingkan dipondok, dia mengumpulkan pengurus untuk menindaklanjuti masalah Rindu. Mbak Rikha langsung percaya saja dengan Bunga karena Bunga bagian pengurus dan juga tangan kanan keamanan. Pengurus yang mendengar kalau Rindu berpacaran di sekolah pun tidak percaya, tapi omongan dari Bunga membuat mereka menganggukan kepala. Padahal sebenarnya Bunga hanya iri dengan Rindu.
#
“ rid, kok kayaknya bahagia banget, ada apa sich ? “ Jannah kakak Farid yang Kuliah di Semarang heran melihat tingkat laku adik semata wayangnya.
“ mbak, hati aku sedang happy ! “
“ why your heart happy ? “
“ kasmaran dong Jan … ! “ Bu Rufaidah ikut nimbrung anak-anaknya yang sedang berkutat diantara tv dan buku masing-masing sesekali diiringi debat kecil.
“ Assalamu’aliakum … ! “
“ Wa’alaikumsalam … ! “ jawaban serentak dari Bu Rufaidah, Jannah dan Farid terdengar seperti koor Bu Rufaidah melangkah dengan cepat, sesampainya didepan pintu Bu Rufaidah tidak menemukan seorang pun melainkan sebuah amplop, sesegera mungkin Bu Rufaidah mengambil dan kembali ke dalam rumah. Bu Rufaidah berjalan dengan membuka ampopnya.
“ siapa bu ? eh apa itu bu kok amplop ? “ tanya Jannah yang melihat ibunya memegang amplop, amplop pun terbuka. Bu Rufaidah, Jannah dan Farid kaget setelah melihat isi surat yang bertuliskan dengan darah, dengan hati-hati meraka membacanya bersama-sama.
HATI-HATI DENGAN LANGKAH
YANG ADA DIDEPANMU
Dari Orang yang tidak suka
Dengan kebahagiaanmu
“ dari siapa bu ? “ Jannah khawatir
“ Ibu juga tidak tahu, ini dari siapa mungkin ini peringatan kepada kita untuk lebih berhati-hati setelah ayah kalian meninggal. Kamu yang Ibu andal kan Farid, dan kamu Jannah sebagai anak sulung harus bisa jaga diri lagipula kamu jauh dari Ibu dan Farid. Kita satu keluarga satu kesatuan , jadi dalam kelurga butuh kejujuran, tidak dalam keluarga saja dalam semua hal. ! “ Bu Rufaidah memberi petuah kepada kedua anaknya.
“ bu trus gimana ? “ Jannah masih khawatir dan cemas.
“ Latahzan innaallahama’ana, jangan bersedih seseungguhnya Allah ada didekatmu ! ingat itu … ! “ Bu Rufaidah kembali ke dapur, sementara Farid dan Jannah kembali ke layar tv.
#
Di sekolah …..
Rudi yang biasa berangkat pagi, kaget melihat Rindu sudah ada di kelas. Kali ini dia sengaja berangkat lebih pagi dan langsung kekelas karena dia mau mengerjai temannya yang hari ini ulang tahun, niat itu dibatalkan setalah melihat Rindu menangis dan duduk dibangku sendirian didalam kelas.
“ Rin, kamu kenapa ? “ Rudi bertanya dan duduk disamping Rindu
“ kak Farid berangkatnya masih lama ? “ Rindu balik bertanya, air matanya pun tumpah membasahi pipinya, semantara Rudi bingung tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Ide tiba-tiba muncul Rudi melesat keluar mengeluarkan nokia tipe 5500 dari sakunya. Rudi menghubungi sohibnya, selesai menghubungi sohibnya, Rudi kembali kekelas untuk menenangkan Rindu. Selang beberapa menit Farid datang dan kelihatan agak terrible.
“ dek kenapa ? “ Farid membuka pembicaraan dengan Rindu. Rudi melesat keluar ketempat biasa dia dan teman-temannya nongkrong.
“ semalem aku diberi peringatan , trus nanti malem disidang … ! “
“ disidang maks … “
“ Assalamu’alaikum … “ omongan Farid terpotong karena ada Bunga masuk kelas.
“ wah, ada tragedi apa nich pagi-pagi dah tumpah air mata ? “ tampang Bunga dibuat melas semelas-melasnya padahal hatinya senang.
“ eh Rin gak ingat… semalem putus atau keluar pondok ? “ Bunga sengaja memperkeras suaranya. Rindu hanya menunduk. Semantara Farid yang tidak tahu duduk perkaranya hanya hanya bisa diam. “ gara-gara Rindu pacaran sama kamu, dia diberi peringatan dan nanti malem disidang, terus hari ini hari terakhir dia memberi keputusan. “ Bunga menambah lagi.
“ bener dek ??? “ Farid bertanya, tapi Rindu hanya bisa mengangguk lemah.
Tet…tet…tet
Bunyi bel tanda pelajaran akan segera mulai sudah berbunyi. Farid pamit untuk kembali kekelasnya. Tanpa diketahui siapapun kecuali Rudi, saat istirahat mereka akan membahas masalahnya.
Istirahat pun datang, Rindu ditemani Fina ( teman sebangkunya ) pergi ketaman sekolah. Disana sudah menunggu Farid dan Irul .
“ gimana permasalahannya kok bisa begitu ? “
“ aku juga gak tahu, kemaren sore mbak Rikha memberi tahu aku kalo nanti malam ada acara, karena aku gak tahu za aku nurut saja… terus semalem aku diberi surat peringatan dan isinya itu dua pilihan antara putus dan keluar pondok ! “
“ kok pengusrus bisa tahu ? “
“ za itu masalahnya, kata mbak Rum ada anak sini yang gak suka, terus ngalapor ke pengurus. Tapi mbak Rum gak tahu siapa yang ngelaporin … ! “
“ kalo gitu bagusnya gimana ? pa kamu mau keluar dari pondok ? “
“ za gak pengen lah tapi … “
“ em … kita gak putus gak nyambung dan kamu gak perlu keluar dari pondok tah gimana ? “
“ kok bisa ??? “ Bel berbunyi, Farid berlari disusul Irul, Rindu hanya terbengong sampai-sampai saat dihampiri oleh Fina tidak tahu, setelah disenggol baru sadar.
#
“ pa bener too ? “ tanya mbak puput, sepupu Rindu.
“ bener, malahan dia yang mutusin itu ; kalo menurut kamu baek za kita lakonin ! “ Rindu tertawa diiringi air mata yang menetes meluncur melewati pipi dan turun ke jilbab.
“ walaupun aku gak tahu seperti apa bentuk muka Farid tapi aku rasa kalian cocok ! “ mbak Puput mengusap air mata keponakannya.
Pukul 20.20 Rindu sudah berkumpul dengan pengurus.
“ mbak Rikha, aku sudah mengambil langkah yang menurutku memang matang. “ awal bicara Rindu terdengar parau dan agak berat. Tapi Bunga menyentak dengan kasar karena waktu rapat harian pengurus terganggu dengan orang yang penting menurut dia. Berbeda dengan para pengurus yang lain bisa menunda rapat pengurus ini hari besok.
“ OK mbak aku gak mau ambil pusing dengan keadaan seperti ini, kalo memang dia jodohku, kelak kita akan bersatu, kalo enggak za enggak. Ak pilih … ! “ kalimat Rindu manggantung membuat pengurus deg-degan ada juga yang terharu. “ P-U-T-U-S “ lanjut Rindu. Bunga tersenyum bahagia, semantara yang lainnya menangis tersedu-sedu baru kali ini ada santri yang mau berkorban demi pondok dan ilmunya. Karena merasa sudah memberi keputusan, Rindu melesat keluar dari kantor pengurus. Rikha sebagai ketua tidak enak kepada Rindu langsung mengejarnya.
“ Rin maafin mbak Rin … ! “ Rikha memegang tangan Rindu yang menangis, semua santri yang beraktivitas berhenti seketika, karena melihat kejadian antara Rindu dan Rikha. Mbak Puput yang melihat kejadian itu langsung mengajak Rindu masuk kekamar, semantara Rikha diminta untuk tidak masuk agar tidak mengganggu.
“ mbak Puput, menurutmu kalo aku keluar drai sini Abah marah gak z ? “
“ kalo kamu menjelasin ke beliau tentang apa yang sebenarnya terjadi, pasti boleh … kamu ingat kan waktu kakakmu kena masalah beliau selalu mengayomi ? “
“ semoga Abah mengijinkan aku keluar dari sini, dan pindah dari SMA 1 Kertajasa. “ ucapan terakhir Rindu sebelum terlelap.
SELESAI